Setiap kita tentu ingin meneladani Nabi, apakah skala keinginan itu sudah meluap besarnya atau sedang mengayun pelan semoga setiap gerakannya menuju cinta yang semakin mendalam. Satu prestasi agung dalam akhlak Muhammad SAW adalah karakternya sebagai Al Amiin, yang sangat terpercaya. Trusted! Sifat inilah yang membuka akses setiap pesan kenabiannya, yang menjadi duta yang mendahului kalam sang baginda. Dalam sebuah survey internasional, karakter inilah yang paling diidam-idamkan setiap perusahaan, juga untuk para karyawannya termasuk para bosnya. Karakter jujur, penuh integritas. Diulang risetnya beberapa tahun hasilnya tetap sama, jujur selalu menempati tangga terpuncak. Ini artinya karakter kejujuran melintasi batas benua dan agama. Ada kebutuhan yang fitrah bahwa kita ingin mendapatkan pelayanan dari pribadi maupun organisasi yang terpercaya. Semua orang kemudian mengejarnya sampai sering kita mendengar, “Modal utama kami adalah kepercayaan”.
Motto di atas semoga tak berhenti sekedar menjadi penyedap rasa, menjadi terpercaya menurut saya seperti perintah sholat, bukan sekedar mengerjakannya tapi juga menegakkannya. Namanya menegakkan sebaiknya tentu bagian bawahnya harus kuat menancap ke bumi sebagai pancang untuk menegakkan bagian yang lebih atas. Lalu apa dulu yang harus dipatri ke bumi, jawabnya adalah diri kita, keteladanan yang dimulai dari diri sendiri. Kalau ini tidak ada maka bangunan kepercayaan tersebut hanya akan terusung melayang sekedar utopia dan papan nama.
Kalau sudah ‘terpercaya’ bagaimana? Hmm…ya anggap saja begitu, mari masuk level berikutnya, yaitu apakah ada yang mau percaya. Tulisan ini ingin mengingatkan kembali kisah persahabatan dua manusia agung ; Muhammad SAW dan Abu Bakar. Dalam sejarah kita mengenal bahwa nabi Muhammad SAW sebagaimana telah dibahas di atas beliau bergelar Al Amiin, sementara Abu Bakar digelar Ash Shiddiq. Melihat sangat dekatnya hubungan keduanya sepertinya menarik jika kita mengkaitkan 2 karakter ini ; Al Amiin (trusted people) dan Ash Shiddiq (trusting people). Inilah kolaborasi super hebat dimana kekuatan integritas dikokohkan dengan loyalitas dan dukungan publik yang kuat sepanjang hayat.
MENUJU “HIGH TRUST SOCIETY”
Kadang di antara kita percaya sesuatu itu benar tapi tidak shiddiq, tidak membenarkan dengan amalan. Misalnya, kita sama-sama yakin bahwa minum air putih setiap hari minimal 8 gelas itu menyehatkan, berseliweran data yang membuktikan. Tapi apakah kita membenarkan informasi tadi dengan mengamalkannya? ….Fakta lain misal soal merokok. Tak kurang penelitian yang menyimpulkan bahayanya, dan kita percaya bahwa berita tersebut fakta yang terpercaya. Namun apakah orang yang yakin tadi mengikuti informasi tersebut dengan meninggalkan merokok? Ternyata tidak selalu kan?
Dalam relasi lebih luas, karakter shiddiq inilah yang akan membentuk karakter HIGH TRUST SOCIETY. Sebuah lingkungan dimana masyarakatnya saling percaya baik dengan antar warganya hingga kepada negaranya. Dalam tatanan semacam ini kita pasti yakin bahwa siapa-siapa yang diangkat menjadi pemimpin adalah pimpinan yang terpercaya, yang mampu menjalanan sistem yang dapat membuat orang merasa yakin bahwa ya benar, ini layak kita dukung. Dan sebuah keniscayaan bahwa masyarakat yang tinggi saling percayanya biasanya akan semakin tinggi pula tingkat kesejahteraannya, bisnis pun lancar, investor tenang. Sekali lagi meneladani khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq, dengan karakter beliau yang high trust people beliau tetap dikenal sebagai pengusaha besar yang sukses sekaligus penuh kesalehan. Dunia sukses akhirat sukses…
Bagaimana dengan Indonesia?