Semua masa ada batasnya. Anak saya kedua, umur 5 tahun suatu sore merengek nangis ke kakaknya supaya menemaninya bermain mandi bola di sebuah supermarket. Sang kakak yang berusia 9 tahun enggan diajak, alasannya mainannya nggak seru, padahal dulu mereka berdua selalu bersemangat kalau ke toko yang satu itu harus naik ke lantai 3 untuk mandi bola. Sang kakak merasa bola-bola dan prosotan itu adalah permainan anak kecil, baginya yang disebut bermain adalah jalan-jalan ke taman bunga, baca-baca ke toko buku terutama sudut Kecil-kecil Punya Karya, bersepeda, atau membuat kerajinan tangan.
Kita pun merasakan demikian. Karenanya ada anak SMA merasa bebas tak lagi pakai seragam ketika jadi mahasiswa. Kita pun ingin memilih pemimpin baru saat pilkada. Presiden berganti, rezim berganti. Demikian halnya dengan perjalanan zaman. Sampai hari ini saya masih meyakini bahwa manusia tidak mengalami evolusi, apalagi dari nenek moyang kera yang tinggal di gua-gua. Tapi yang pasti, zaman terus berganti. Jika kita juga sama meyakini bahwa nabi Adam as adalah manusia pertama yang diciptakan Allah untuk tinggal di surga dan kemudian ditempatkan di bumi, maka itulah awal zaman peradaban kita sebagai manusia.
Lalu bagaimana dengan zaman batu, zaman logam dan seterusnya, banyak sejarawan menyebutnya zaman pra sejarah, yang ditandai dengan belum mengenal tulisan, tapi sepanjang itu sebelum nabi Adam as menurut saya apa atau siapapun makhluk kala itu bukan manusia, wallahu a’lam makhluk purba itu apa namanya, atau yang lebih menyelidik lagi ; benarkah adanya?
Dalam Al Quran, era atau zaman dibagi sesuai urutan kenabian. Kita mengenalnya dalam urutan mulai Nabi Adam, Idris, Nuh, Hud, Salih, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Ayyub, Syuaib, Musa, Harun, Dzul Kifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Yunus, Zakariya, Yahya, ’Isa, Muhammad.
Dalam periode inilah peradaban saling silih berganti, para Nabi tersebut tak hanya sebagai utusan namun juga penanda peradaban. Lalu jika kita pun yakin bahwa tiada nabi setelah nabi Muhammad saw, ini juga menjadi warning bahwa perjalanan bis sejarah akan segera berakhir di terminal. Nabi pun memberi sinyal atas zaman yang akan dilewati manusia setelah pengangkatan dirinya sebagai nabi dan rasul. Rasulullah saw bersabda,
“Masa kenabian itu ada di tengah-tengah kalian, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya adalah masa khilafah yang mengikuti jejak kenabian (khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila dia menghendakiuntuk mengangkatnya.
Selanjutnya, masa kerajaan yang ‘mengigit’ (Mulkan Adhan). Adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila dia menghendaki untuk mengangkatnya.
Selanjutnya, masa kerajaan yang menyombong (Mulkan Jabariyyan), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila dia menghendaki untuk mengangkatnya.
Selanjutnya, adalah masa khilafah yang mengikuti jejak kenabian (khilafah ‘ala minhaj al-nubuwwah).Kemudian beliau (nabi) diam.”
(HR.Ahmad dan Baihaqi dari Nudman bin Basyir dari Hudzaifah)
Tentu ini bukan sembarang ramalan, karena berasal dari Nabi Muhammad saw kita harus meyakini kebenarannya. Jika kita cermati lebih lanjut ada 5 fase alias lima zaman hingga akhirnya rangkaian kisah sejarah manusia ditutup, yang dalam hadits tersebut diisyaratkan dengan nabi diam.
Mengacu pada hadits di atas, 3 fase sudah berlalu, yaitu fase kenabian yang berakhir seiring wafatnya nabi Muhammad saw, fase khilafah yang mengikuti jejak kenabian yang juga telah berakhir seiring berakhirnya kepemimpinan 4 amirul mu’minin mulai Abu Bakar ash Shiddiq hingga Ali karamallahu wajhah. Fase ketiga adalah fase raja-raja atau Pemerintah yang menggigit, yang tampuk kekuasaannya diturunkan secara turun temurun. Mereka masih menjaga Al Quran dan Sunnah namun tak setegak dan seideal masa sebelumnya. Pemerintahnya mulai sewenang-wenang, rakyatnya mulai menjauh dari Islam. Masa ini dianggap berakhir seiring dengan runtuhnya dinasti Ottoman di Turki.
Hari ini ulama banyak menyebut kita berada di fase ke-empat, fase Mulkan Jabbariyan, era dimana umat Islam terhinakan, tertindas oleh bangsa-bangsa pemerintah yang sombong dan diktator. Umat muslim terusir dari rumahnya, hancur tanah airnya, bahkan tak hanya umat Islam yang dihinakan, nabi Muhammad pun dinistakan. Tak cukup dengan tulisan, dibuatlah gambar karikatur, dibuatkan juga film yang sangat jauh dari kemuliaan Nabi. Sebaliknya, inilah era dimana pengikut Dajjal mendapatkan massa terbanyaknya.
Sebelum memasuki fase ke-5 dimana Islam kembali ke pangkuan sistem kenabian, akan terjadi huru-hara menjelang akhir zaman. Anda bisa membaca lebih lengkap di referensi lain perihal kegaduhan menjelang perang tanding paling akbar sepanjang peradaban kemanusiaan. Pasukan terbagi dalam 2 kutub besar, golongan yang mengikuti Dajjal, dan golongan yang mengikuti Imam Mahdi.
Banyak yang menganggap, ah itu kan masih lama, masih jauh dari hari ini. Benarkah? Dengan kita lihat lebih dekat, tanda-tanda itu sudah semakin jelas. Krisis di Timur Tengah, merajalelanya sistem ribawi, berdirinya gedung-gedung pencakar langit dan orang bermegah-megahan dengan ketinggian dan kemewahannya, ibu melahirkan tuannya dimana banyak ibu disuruh-suruh oleh anak kandungnya sendiri, dan sebagainya.
Saatnya bergegas. Bersiap lebih baik daripada ditelan akhir zaman. Bayangkan, saking hebatnya Dajjal, orang yang diajak duduk bersamanya bisa berubah kafir, kuat sekali aura dan tenaga pengaruhnya. Karena itu Nabi menyuruh umatnya lari menjauh dari Dajjal, kecuali ada seorang pemuda shalih yang kuat imannya dan menantang Dajjal, lalu Dajjal membunuhnya, itulah Al Mahdi. Jika video yang beredar bahwa tahun 2004 telah lahir seorang bayi yang mampu bicara dan menyampaikan dialah yang kelak dibunuh Dajjal, maka fase ke-empat ini siapa tahu tak lama lagi. Wallahu a’lam bish shawab.