Jika ada peubah yang paling dapat mengubah sangat cepat, kita bisa menyebut salah satunya yang paling berperan adalah teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Shah Iran terguling dari kekuasaannya tak hanya karena revolusi Islam, tapi juga revolusi Xerox, ya karena saat itu banyak pergerakan demonstran disulut dan digerakkan melalui selebaran yang difotokopi, dan kebetulan Xerox adalah mesin yang paling sering digunakan di kala itu. Husni Mubarak, pemimpin terkuat di Timur Tengah abad 21 harus merelakan kursi kepresidennya setelah didemo besar-besaran rakyatnya, dan salah satu medium penggeraknya adalah Twitter.
Beberapa waktu yang lalu saya berkunjung ke PT Pos Indonesia, mereka termasuk yang sangat sadar bahwa teknologi telah mengubah kebiasaan orang mengirim kabar. Perubahan ini tentu harus disikapi yang kemudian melahirkan ragam inovasi baru, mulai pospay, weselpos instant, postshop dan sebagainya. Hasilnya, PT Pos mulai turnaround yang bahkan memikat seratusan lebih perusahaan bekerjasama sebagai mitra pembayaran keuangan.
Analis teknologi memperkirakan penjualan tablet dan ultrabook akan menjadi tren pada tahun 2013. Indonesia juga dipandang masih menjadi pasar empuk pemasaran smartphone. Hampir setiap kesempatan kita melihat banyak orang lebih intens melihat gadgetnya daripada lawan bicaranya, kita mulai bergerak menuju era multi layar (multiscreen). Majalah legendaris Newsweek harus mengalah pada zaman, dengan menutup edisi cetaknya dan per 2013 fokus dengan format majalah digital. Kita kini dituntut untuk selalu well connected. Always on dimana saja kapan saja. Sebuah riset menyebutkan, 80% handset di Indonesia mampu mengakses internet. Perubahan tersebut mengasikkan, membuat kita saling terhubung dan karenanya membuat kita kecanduan.
Dalam konteks yang lain, perubahan ini juga membuat pemilik brand tertantang. Karena semakin tak mudah lagi kita memenangkan perhatian masyarakat pada suatu pesan, pada satu brand. Serangan pesan juga semakin dahsyat, tapi masyarakat punya remote-nya. Semua saling memperkuat diri untuk memenangkan kepentingannya. Yang kaya tidak otomatis menjadi penguasa, yang kreatif biasanya malah mendapat hati dan akhirnya menjadi sang pemenang.
Lalu bagaimana dengan tren kedermawanan di tahun baru ini? Kita lihat tahun 2012 perkembangannya luar biasa. Melalui media sosial, sebuah ide berbagi bisa digerakkan secara massif melintas jarak dan waktu. Teknologi informasi dan komunikasi pun menjadi media yang mampu memperkuat keterpercayaan. Kita prediksikan tren filantropi ini akan semakin berkembang, ini juga yang terjadi di tingkat global dimana para filantrop kini malah didominasi kaum muda yang kekayaannya rata-rata diraih berkat pesatnya teknologi.
Tahun 2012 lalu IMZ, sebuah lembaga konsultasi pemberdayaan dan manajemen organisasi nirlaba, menganugerahkan kepada Rumah Zakat sebagai pengelola website Organisasi Pengelola Zakat terbaik tahun 2012. Ini bisa menjadi indikasi bahwa interaksi secara online semakin relevan untuk ditingkatkan kualitasnya. Follower akun @rumahzakat juga sudah di atas 36 ribu, jumlah yang terbesar setidaknya untuk skala di ‘industri’nya. Yang lebih penting tentu bukan sekedar kuantitas tapi dalam era otonomi user ini Content is the King! Artinya jika sebuah brand tidak mampu memberikan ragam konten yang berkualitas dengan interaksi yang intens, lama kelamaan tentu yang ada hanyalah sayonara. Disinilah kita teruji untuk selalu rendah hati, karena ketika kita sedikit saja sombong maka pelanggan akan dengan mudah mencampakkan brand kita.
Guru saya selalu mengajarkan doa Rabithah, ini adalah doa yang kita panjatkan supaya Allah selalu mempertautkan ikatan hati di antara saudara-saudara kita. Inilah hub yang mengikatkan kita untuk tak hanya saling terkoneksi secara teknologi namun lebih utamanya adalah tersambung secara hati. Rasanya doa ini penting di saat begitu banyak kita memiliki friends di facebook kita, followers di twitter kita tapi kita sendiri tak merasa mengenalnya atau kalaulah mengenal sayangnya tak terjalin ikatan hati, tentu dalam pengertian sesuai takaran yang sewajarnya.
Selamat mengisi kalender baru!