KEMENANGAN KECIL YANG MENENTUKAN

Kejadiannya sederhana. Siang itu kami mengunjungi kantor satu mitra di Singapura, awalnya sang tuan rumah merasa sungkan ketika menyambut kami karena saat itu mereka sedang pindahan kantor sehingga beberapa perangkat nampak kurang rapi karena memang akan segera dipindahkan. Namun karena saat itu jadwal kami cukup padat kami sampaikan tak masalah, yang penting bertemu saja sudah senang. Pertemuan pun berlangsung sangat hangat dan kami pun belajar banyak tentang satu ilmu yang waktu itu sedang kami serius ingin cari tahu.

Apa yang membuat saya terkesan? Saya tertarik bagaimana mereka mengemas semua peralatan kantornya dengan kardus yang rapi, dan sengaja mereka memasang kertas kardus di siku pintu dan lantai lift juga lantai hingga pintu keluar. Kejadian ini sekitar 6 tahun yang lalu, mungkin kalau dilihat sekarang ini bukan sesuatu yang asing, apalagi dengan bermunculnya perusahaan yang menyediakan jasa layanan pindahan dengan prosedur operasional yang standar. Tapi saya juga yakin kita sudah tahu bagaimana sih cara mengangkut barang dengan benar, yang tidak merusak isi barang maupun aman bagi ruangan seperti lift, pintu, lantai dan sebagainya. Masalahnya adalah, kita kadang terlalu malas untuk melakukannya, baru menyesal jika kemudian ternyata ada kaca yang tergores atau bahkan lantai yang retak karena tidak menggunakan alas pengaman.

Ada satu peribahasa Sunda yang kira-kira terjemahannya : “Keselek itu biasanya karena duri ikan, bukan karena tulang sapi”. Maksudnya banyak kecelakaan atau kegagalan terjadi karena hal-hal yang nampak kecil dan remeh, malah bukan dari sesuatu yang besar yang biasanya mendapat perhatian lebih. Coba kita ingat-ingat lagi, kalau saya sih banyak sekali mengalami. Misal ketika kami sudah lengkap menyiapkan dokumen untuk sebuah proses pengajuan pengadaan, sudah saya minta pastikan cek dan semua lengkap, eh ternyata kita harus balik lagi karena ada satu hal kecil yang belum, dokumennya belum distempel. Awalnya kami mengirajaman sekarang stempel tidak lagi sebuah keharusan jadi tak masuk perhatian, tapi realitasnya lain. Kami pun harus turun gunung lagi karena lokasinya memang jauh dari pusat kota, dan balik lagi keesokan harinya.

Ketika dulu sekali era mahasiswa ketika saya ngobyek jadi desainer undangan nikahan, rekan pra cetak sering  jahil meneriaki, heey salah tuh…bukan UNDANGAN tapi UNDAGAN, saya tentu kaget keringetan apa iya salah, kita pun baca lagi pelan-pelan dan ternyata tidak salah. Teman tadi memang bercanda saja tapi sebenarnya mau mengingatkan karena kasus ini terjadi beberapa kali, ada desainer yang menulis Undangan dengan Undagan. Walaupun cuma satu huruf akibatnya fatal, bisa jadi semua undangan tidak boleh diedarkan, dan bisa-bisa kita yang harus menanggungnya.

Kalau kesalahan tersebut bisa diganti rugi dengan uang sih tidak terlalu masalah tapi bagaimana kalau kesalahan itu fatal karena menentukan apakah kita masuk surga atau neraka. Simak riwayat dari Thariq bin Syihab radhiyallahu ‘anhu berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : ”Seseorang masuk surga sebab lalat dan seseorang masuk neraka sebab lalat.

Para sahabat bertanya : Bagaimana itu bisa terjadi wahai Rasulullah? Beliau bersabda : Ada dua orang yang melewati kaum yang memiliki berhala, tidak ada seorangpun yang boleh melewatinya kecuali mengurbankan sesuatu kepadanya (berhala),

Kaum itu berkata kepada salah seorang dari mereka berdua : Berkurbanlah!, ia menjawab aku tidak punya apa-apa untuk berkurban, mereka berkata kepadanya lagi : Berkurbanlah walau dengan lalat, maka ia berkurban lalat. Lalu mereka membebaskannya untuk lewat, dia masuk neraka (kata Rasulullah).

Kemudian kaum itu berkata kepada yang kedua : Berkurbanlah!, ia menjawab : Aku tidak mungkin mengurbankan sesuatu kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala, maka mereka membunuhnya, Ia masuk surga”. (HR. Ahmad).

Sebaliknya, kesuksesan juga bisa terjadi karena hal-hal kecil yang karena ditelaneni menjadi penyebab keberhasilan yang lebih besar. Gerakan One Day One Juz misalnya, menjadi salah satu bukti bahwa kesulitan menamatkan Al Quran dapat diatasi dengan cara membaca dalam volume kecil setiap hari. Menghapal juga demikian, dengan 1 ayat per hari kabarnya dalam waktu setengah tahun sudah bisa menjadi hafizh Quran. Kuncinya adalah konsisten dalam keteraturan, karenanya dibutuhkanlah monitoring dan evaluasi, agar kesuksesan itu bisa kita capai setiap hari.

Dulu saat usia sekolah menengah, saya punya kebiasaan kecil, untuk mempercepat proses belajar saya membuat kartu-kartu ringkasan pelajaran yang saya tulis dengan tangan (karena waktu itu masih sulit ada komputer). Kartu-kartu ini saya kasih nomor yang bisa dibaca urut atau juga tidak urut dengan ukuran yang harus masuk dalam saku baju. Manfaatnya cukup nyata, ketika kami di boarding school dengan jumlah ratusan siswa, saya bisa membuka kartu-kartu ini sambil mengantri makan atau memang belajar malam.

Bagi Anda yang pernah mengenyam di dunia pesantren atau madrasah pasti juga merasakan, suasana belajar malam sangat riuh karena mungkin ruang belajarnya terbatas atau memang sangat banyak siswanya. Kadang tak hanya suara gumam siswa yang sedang menghafal saja yang menderu namun juga suara radio yang sengaja dihadirkan untuk mengusir kejenuhan. Singkatnya kita harus belajar efektif dalam suasana yang tak selalu ideal karena ramai dan gaduh.

Sekali lagi jangan sepelekan yang seakan tak masuk dalam hitungan. Siapa sangka dari yang dianggap limbah bisa menjadi rupiah. Ini cerita dari seorang teman yang memberitahu  ternyata cangkang sawit dapat diolah menjadi bahan bakar ramah lingkungan yang jauh lebih murah daripada bahan bakar minyak atau gas. Limbah cangkang sawit ini dimasukkan dalam boiler sampai titik panas didih tertentu yang kemudian uap panasnya (steam) dikonversi menjadi energi penggerak turbin-turbin, termasuk turbin penggerak untuk menghasilkan energi listrik. Ternyata dari sesuatu yang remeh bisa menjadi sebuah peluang ekonomi yang besar.

Pilihannya tentu apa saja langkah kecil yang sudah atau akan kita lakukan untuk menembus target kesuksesan yang lebih besar. Sudah seberapa sering kita menggunakan aplikasi kalender atau daily planner untuk merencanakan dan mencatatkan apa saja yang sudah kita lakukan? Seberapa detail juga kita rancang rencana hidup kita. Kalau ditanya apa saja yang sudah kita lakukan, banyak lupanya atau banyak ingatnya? Kalau memang banyak lupanya mengapa smartphone kita atau tablet kita hanya kita pakai untuk mainan? Bukankah akan lebih bernilai tambah jika kita bisa catatkan list yang akan dan sudah kita kerjakan. Rasanya menjalani hidup mengalir seperti air saja tidak cukup. Iya kalau airnya bersih, kalau airnya kotor atau mampet gimana? Masak hidup kita juga ikutan jadi macet!

Tulisan ini pada dasarnya mengingatkan diri saya sendiri yang sering juga terlalu gempita dengan pemenangan target besar tapi abai pada faktor yang kecil. Seorang ustadz mengingatkan kembali tentang siwak yang karena tidak dilakukan oleh pasukan muslim di era khalifah Umar bin Khaththab menjadi penyebab kekalahan. Kalau melihat itu khawatir juga ya, jangan-jangan rezeki kita ditahan karena menahan hak orang lain, kesuksesan kita ditunda karena menelantarkan hewan piaraan kita. Solusinya ya ayo kita eksekusi perbaikan setiap hari, jangan menunda-nunda apalagi cuma duduk menunggu baru bergerak usai pemilu.

Leave a Reply

Your email address will not be published.