MENANAM KEBIASAAN

 

Mengapa kita sulit berkonsetrasi? Hampir sepuluh tahun yang lalu saya pernah mendengar sekutip inspirasi dari ceramah Prof. Asip F Hadipranata, guru besar Psikologi UGM, yang menyampaikan sebuah hasil penelitian bahwa kemampuan berkonsentrasi tak hanya dipengaruhi dari seberapa usaha kita untuk fokus pada suatu hal tapi juga dari seberapa lama kita minum ASI di masa bayi. Semakin waktu konsumsi ASI kita kurang dari 2 tahun maka semakin besar kita berpotensi menghadapi problem berkonsentrasi.

Saya cukup surprise mendengar hal ini, Prof Asip menambahkan bahwa inilah hikmah mengapa di dalam Al Quran seorang ibu dianjurkan untuk menyusui anaknya secara penuh hingga 2 tahun. Ternyata kandungan ASI tak hanya sebagai minuman nutrisi pengganti makanan dan antibodi tapi juga berdampak panjang secara psikologis bagi kehidupan seorang manusia. Subhanallah..

Cerita kedua lain lagi, ini dari seorang guru shalih yang saat itu sedang menempuh doktoral di UGM. Beliau yang asalnya dari Makassar pernah bercerita bahwa pak JK, H.M Jusuf Kalla, kalau pulang ke  kampung halamannya selalu mampir ke masjid raya. Mengapa? Karena di sanalah tempat main pak JK ketika kanak-kanak. Kondisi spiritual manusia ternyata sangat dipengaruhi pengalamannya ketika masa kecil. Jika masa kecilnya suka ke masjid, walaupun kemudian dalam perjalanan hidupnya sempat belak-belok dari jalan lurus, suatu masa akan kembali pada pengalaman masa kecilnya. Tentu taushiyah ini bukan berarti sebuah kepastian, apalagi jika ajal keburu datang menjemput. Ini lebih pada kecenderungan. Saya tak sempat bertanya kepada beliau, apakah kecenderungan itu juga berlaku buat orang yang masa kecilnya sering ke tempat yang kurang baik? Tapi ah daripada ditanyakan saya mencoba berprasangka bahwa ‘hukum’ ini hanya berlaku untuk kebiasaan baik di masa kecil.

Mau cerita ketiga? Boleh…ini hikmah dari seorang pejabat BUMN yang insya shalih. Tentang mengapa banyak pria terserang penyakit prostat? Menurut beliau yang tentu semoga dari informasi yang bisa dipercaya, penyakit ini terjadi diantaranya karena kebiasaan lelaki yang buang air kecil sambil berdiri. Masih seputar penyakit ini, beliau juga menilai bahwa closet jongkok lebih sehat daripada closet duduk. Mengapa? Karena saat berjongkok, otot-otot pada usus dan otot paha kita lebih maksimal mengeluarkan urin atau BAB kita, kandung kemih kosong lebih maksimal, prostat pun bekerja lebih ringan karenanya lebih sehat.

Ini cerita keempat. Sudah benarkah apa yang selalu menjadi kebiasaan kita? Ini tentang doa ketika hendak makan. Dari sebelum sekolah, saya (dan mungkin kita) diajarkan doanya “Allahumma baariklanaa fiima rozaqtanaa wa qinaa ‘adzaabannaar”. Ternyata ketika sebuah sumber menyampaikan doa tersebut lemah/dhaif sumbernya, saya coba search beberapa referensi, dan ternyata benar, doa tersebut tak cukup kuat dalilnya untuk dipergunakan. Trus apa yang shahih? Baca saja “Bismillah” bahkan beberapa kajian ulama tidak melihat bahwa Bismillahirrohmanirrohiim itu lebih kuat derajat shahihnya dari hanya “Bismillah”. Tapi tak mudah memang merubah kebiasaan, serasa kurang mantap kalau tak membaca yang panjang padahal tidak lebih benar.

Kita sedang membicarakan pentingnya kebiasaan. Intinya begitu berkaitannya alur hidup ini dari apa yang kita tanam dan biasakan di masa kecil atau masa lalu kita. Mungkin sedikit terdengar klise, tapi demikianlah realitasnya. Kecuali kita adalah waliyullah yang terpilih menjadi pribadi ‘baru’ tanpa melewati alur proses normal orang kebanyakan. Pada sampul rapor sekolah saya dulu ada tulisan kata mutiara “Siapa Menanam, Mengetam” dengan visual seorang petani membajak sawah, mungkin cukup relevan demikian karena kebiasaan atau habit juga terkait ilmu pengetahuan.

Dari cerita di atas kita mengambil wisdom bahwa mungkin sudah saatnya menerapkan sebuah kalimat hikmah yang indah, “Biasakanlah yang benar, bukan membenarkan yang biasa”. Sesekali kita perlu menguji kebiasaan-kebiasaan kita dengan saling bertanya (bisa kepada orang ‘alim atau referensi), apakah kita sudah memilih dan melakukan kebiasaan yang benar? Misal tentang posisi tidur. Seperti apakah yang paling benar, ternyata riset membuktikan bahwa yang paling sehat adalah posisi berbaring dengan miring di sebelah kanan, tepat seperti yang Rasulullah biasa lakukan. Keutamaannya banyak, silakan cari saja ya di internet..Artinya ketika kita membuka wawasan kita insya Allah banyak hal yang bisa diluruskan. Atau jika sudah terlanjur salah di kita semoga bisa kita ajarkan lebih awal kepada generasi di bawah kita, karena ada keterlanjuran yang tidak bisa dikoreksi lagi, misal minum ASI 2 tahun seperti cerita awal tadi.

Saya pikir daripada mencari banyak referensi kebiasaan (habits) lebih baik kita kenali dan pelajari kebiasaan-kebiasaan yang Rasulullah SAW ajarkan. Karena cepat atau lambat, ilmu pengetahuan modern akan membuktikan kebenarannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.